Kentrung Attack: Upaya Menjembatani Seni Tutur dengan Generasi Muda

Penulis
Agustin Dwi Maharani

Editor
Benny Widyo

Dokumentasi
SSGG

 

Tulungagung, 16 Maret 2024Kesenian tradisional kentrung tengah berjuang untuk tetap hidup di tengah gempuran modernisasi. Di Tulungagung, Yayak Priasmara, seorang seniman Kentrung bersama sanggar kentrung yang dimilikinya, Sanggar Seni Gedhang Godhog, mempelopori sebuah gerakan kreatif bernama “Kentrung Attack” untuk menjembatani seni tutur ini dengan generasi muda. 

Kentrung Attack merupakan sebuah program edukasi dan pertunjukan kentrung yang dikemas dengan cara yang menarik dan interaktif. Kentrung Attack yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ini berarti Serangan Kentrung menunjukkan bahwa Yayak dan Sanggar Seni Gedhang Godhog melakukan upaya “jemput bola” dengan membawa pertunjukan singkat dan materi edukasi tentang Kentrung kepada siswa sekolah menengah.

 

Awal Mula Kentrung Attack

Gagasan Kentrung Attack berawal dari keinginan Yayak untuk mengadakan workshop kentrung yang terstruktur dan efektif. Ia ingin bekerja sama dengan dinas terkait untuk menjangkau lebih banyak sekolah dan melatih para guru dan siswa dalam seni kentrung.

Namun, karena berbagai kendala, Yayak memutuskan untuk memulai dengan langkah kecil bernama Kentrung Attack ini. Program ini dijalankan secara mandiri dengan mengandalkan jaringan dan koneksi Yayak dengan para guru dan pelaku seni kentrung.

 

Menyentuh Generasi Muda

Awal bulan Maret 2024, Sanggar Seni Gedhang Godhog telah mengunjungi tiga sekolah di Tulungagung; yaitu SMPN 3 Tulungagung, SMAN 1 Boyolangu, dan SMA Katolik Santo Thomas Aquino Tulungagung. Respons dari para siswa dan guru sangat positif.

“Anak-anak senang. Mereka antusias melihat pertunjukan dan mempelajari tentang Kentrung,” kata Yayak, “Beberapa guru bahkan meminta agar Kentrung Attack diadakan kembali di sekolah lainnya.”

 

Lebih dari Sekadar Pertunjukan

Kentrung Attack bukan hanya tentang pertunjukan, tetapi juga tentang edukasi. Yayak ingin generasi muda memahami bahwa kentrung bukan hanya kesenian tradisional yang kuno, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral dan budaya yang penting untuk dilestarikan.

 

 

Harapan untuk Masa Depan

Yayak berharap kesenian kentrung dapat terus berkembang dan menjangkau lebih banyak sekolah dan komunitas di Jawa Timur. Ia juga berharap program ini dapat menginspirasi seniman Kentrung lainnya untuk melakukan hal yang sama.

“Dengan program Kentrung Attack, saya berharap ini berdampak ke anak-anak muda generasi sekarang, setidaknya mereka tahu bahwa seni pertunjukan itu ada berbagai jenis macamnya, ada seni tari, teater, pun Kentrung.

Pertunjukan Kentrung yang Interaktif dan Edukatif

Kentrung Attack menghadirkan pertunjukan kentrung yang singkat dan interaktif. Para penonton diajak untuk terlibat dalam pertunjukan dan belajar tentang sejarah, alat musik, dan teknik kentrung.

 

 

 

 

Materi Edukasi yang Menarik

Setelah pertunjukan, Yayak memberikan materi edukasi tentang kentrung kepada para penonton, yakni siswa-siswi. Materi ini disampaikan dengan cara yang menarik dan mudah dipahami. Dari materi tersebut, pertunjukan kentrung bisa dipraktikkan untuk pentas dan event seperti acara perpisahan sekolah, praktik saat pelajaran ataupun acara keagamaan. Bahkan Yayak menegaskan bahwa Kentrung merupakan pertunjukan yang “penak” dan murah. Mudah melakukannya, tinggal bermodal peci dan sarung pun juga sudah bisa.

Respons Positif dari Generasi Muda

Para siswa yang menonton Kentrung Attack memberikan respons yang positif. Mereka mengaku senang dengan pertunjukan yang interaktif dan edukatif ini.

 

“Kentrung Attack sangat menarik dan informatif. Saya baru pertama kali belajar tentang kentrung dan ternyata sangat menarik,” kata salah satu penonton.

Upaya Melestarikan Kesenian Tradisional

Kentrung Attack merupakan salah satu upaya untuk melestarikan kesenian kentrung oleh Sanggar Seni Gedhang Godhog di tengah gempuran modernisasi. Program ini diharapkan dapat menumbuhkan minat generasi muda terhadap kentrung dan mendorong mereka untuk mempelajari dan melestarikan seni tutur ini. Yayak juga berharap semakin banyak pihak yang mendukung program ini agar dapat berkembang dan berkelanjutan dalam mencapai tujuannya.