Tulungagung 01 Agustus 2024, dikenal sebagai “Kota Seribu Warung Kopi,” memang tidak diragukan lagi merupakan surganya pecinta kopi. Di setiap sudut kota, anda akan menemukan warung kopi yang menggoda dengan aroma harum dan suasana yang hangat. Keberadaan warung kopi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Tulungagung. Dari warung kopi tradisional yang menyajikan kopi tubruk dengan rasa autentik hingga cafe modern yang menawarkan berbagai macam varian kopi internasional, di sisi lain para pengracik kopi modern yang juga disebut barista juga giat melakukan eksplorasi. Eskplorasi yang sering dilakukan bermacam-macam, mulai dari mempelajari variasi kopi hingga metode penyajian kopi yaitu latte art. Kali ini, Gulkar Press berkesempatan menghadiri Event Battle Latte Art pertama yang diadakan secara berkelanjutan di Tulungagung. TARLAM (Tarung Latte Art Amatir Tulungagung), begitu mereka menyebut acara ini. Tidak hanya menjadi ajang perlombaan, juga merupakan pertunjukan seni visual yang memukau mata dan menggugah selera pengunjung. Selain melatih mental peserta battle, acara ini juga menjadi wadah bagi para barista, baik pemula maupun profesional untuk saling bertemu dan bertukar ilmu.
ASAL MULA TARLAM
Bermula dari keakraban di area coffee shop, baik interaksi antar pelanggan dan barista maupun antar pelanggan dan pemilik coffee shop. Kedekatan ini sering kali menghasilkan berbagai momen-momen kocak dalam lingkungan persahabatan mereka. Salah satu momen kocak ini terjadi ketika mereka tengah menikmati secangkir kopi dan melihat teman barista sedang berlatih untuk sebuah kompetisi latte art. Pada momen itu, mereka berlagak iseng kepada barista tersebut, mencoba mengalihkan perhatiannya dan mengusik dengan cara bersorak dan berteriak. Keseruan ini terus berulang yang akhirnya membuat teman-teman sadar ternyata adrenalin yang dirasa bisa dijadikan kompetisi tersendiri. Lahirlah TARLAM, dengan konsep fun battle yang tidak terlalu formal menjadikan kompetisi TARLAM berbeda dengan yang lain, karena adrenalin yang dirasakan sangatlah tinggi. Hal ini terjadi karena mental peserta kompetisi battle latte art akan sangat diuji dimana euforia teriakan mulai dari sang MC, juri hingga penonton akan terus menghujani para peserta battle selama lomba tersebut. Tak jarang, meskipun peserta sudah profesional dalam membuat latte art, akan gemetar tangannya yang disebabkan grogi karena suasananya. “Fun sih tapi mental e kenek bro” begitu kata salah satu pengunjung pada kompetisi tersebut.
Kompetisi TARLAM sudah berjalan sebanyak 3x dari event perdananya hingga saat ini. Karena berawal dari kedekatan teman-teman di lingkungan coffee shop. TARLAM dilaksanakan nomaden di setiap event nya, dari coffee shop satu ke coffee shop yang lain. Pada kesempatan ini, Gulkar Press menghadiri event ke-tiga nya yaitu TARLAM VOL. 3 yang diadakan di WESTCOAST Tulungagung. Hal unik pertama yang kami temui adalah semua event TARLAM dilakukan pada hampir tenggah malam di setiap eventnya, dikarenakan kebanyakan peserta yang ikut merupakan barista yang juga bekerja di coffee shop masing masing, sehingga waktu yang pas untuk acara tanpa menggagu jam kerja adalah tengah malam.
MEKANISME LOMBA
Kami mengobrol dengan salah satu teman yang sedang menjadi MC di acara tersebut, Yerikho (@yerikhocmh_) . Kami bertanya tentang kriteria apa saja yang harus disiapkan para calon peserta dalam lomba tersebut dan Yerikho menjawab “tidak ada kriteria pasti. Namun mengajak teman-teman yang merasa amatir pada bidang latte art dan ingin merasakan vibes lomba yang seru” . Jawaban itu menyadarkan kami bahwa event tersebut memanglah seru adanya, meskipun kantuk menghampiri, tak terasa adrenalin yang kami rasakan sebagai penonton pun juga tak kalah seru dan menegangkan. Melihat peserta terlihat grogi dengan tangan yang bergetar hingga tak bisa fokus, membuat kami betanya-tanya, bagaimana proses penjurianya, dan Yerikho menjelaskan bahwa TARLAM mengunakan standart penjurian pada battle late art seperti umumnya, yang membedakan adalah tekanan euforia pada teriakan-teriakan, mulai dari juri hingga penonton yang terus-menerus menghujani peserta lomba.
ADA MINI GAMENYA
Euforia adrenalin membuat kami lupa waktu bahwa acara berkelanjutan hingga jam 2 pagi. Bukannya semakin sepi, namun tekanan yang kami rasakan semakin lama semakin intens, bahkan jeda istirahat dimanfaatkan secara maksimal oleh panitia dengan melakukan ice breaking mini game. Tak kalah seru dengan acara utama, mini game ini berisi tag team battle late art dengan hadiah receh yaitu sepotong semangka dan pisang. Meski mini game, adrenaline yang dirasa peserta tidak kalah intens, pasalnya dengan mode tag team, kesulitan dalam membuat latte art meningkat drastis, satu peserta memegang gelas dan satu peserta lainnya membuat latte art-nya yang tentunya peserta tidak terhindar dari ledakan euforia yang terjadi.
HOPE AND GOALS
Adanya acara ini membuat harapan baru bagi para pegiat latte art di Tulungagung, angin segar yang dibawa TARLAM membuat wadah baru bagi para barista yang ingin belajar latte art. Kami mengutip pesan yang ingin mereka sampaikan “Tetap semangat buat teman-teman yang lagi belajar latte art. Jangan minder dengan hasil buatannya, namun tetap belajar dari kesalahan. Jalin silaturahmi, baik dengan sesama barista, bukan jamannya pendekar kopi lagi, lebih keren jika terlihat solid dan berkompetisi secara sportif namun tidak menghilangkan solidaritas sesama barista atau penggemar latte art”. Adanya TARLAM membuktikan bahwa Tulungagung memiliki potensi yang besar dalam dunia perkopian.
Klik disini untuk download dokumentasi foto fullnya. Kalian juga bisa follow akun instagram Tarlam (@tarlam.tlg).
Sampai jumpa pada event TARLAM berikutnya.